Rupiah dan mata uang Asia melemah pekan ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Pekan ini dan bulan ini Rupiah dikabarkan melemah bersama mata uang Asia lainnya terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mulai pergi Refinitiv minggu ini rupiah melemah 0,52% poin ke poin (ptp) di depan dolar AS. Sementara pada akhir perdagangan Jumat (8/9/2023), rupiah terpantau menguat terhadap Greenback, dimana rupiah ditutup menguat 0,42% pada Rp 15.450/US$.



Sedangkan untuk mata uang Asia, sebagian besar melemah terhadap Greenback sepanjang minggu ini, kecuali peso Filipina. Hal ini juga didukung oleh kuatnya penguatan indeks dolar AS (DXY) pada minggu ini sebesar 106,22 atau naik 0,61% dibandingkan minggu lalu yang ditutup pada 105,58.

Koko Korea Selatan menjadi yang terparah dengan penurunan 1,37% pada minggu ini, disusul baht Thailand yang melemah 1,33%, dan yen Jepang yang melemah sekitar 0,66%.



Sedangkan rupiah melemah signifikan terutama pada September 2023 yang melemah 1,45% terhadap dolar AS di rupiah. Hal ini juga menambah tren pelemahan rupiah yang terjadi sejak Mei 2023, atau dengan kata lain rupiah melemah selama lima bulan berturut-turut.

Melemahnya rupiah tak lepas dari sikap hawkish bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang berpeluang menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada akhir tahun ini. Dengan asumsi inflasi AS naik menjadi 3,7% (year on year/yoy) selama Agustus 2023.

Sedangkan data transaksi Bank Indonesia (BI) menunjukkan aliran uang terjadi selama sepekan, atau tepatnya 25 – 27 September 2023, non-warga ‘di pasar keuangan lokal melaporkan total penjualan sebesar Rp 7,77. triliun, dengan total penjualan Rp 7,86 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), total penjualan Rp 2,07 triliun di pasar saham dan total harga Surat Berharga Bank Indonesia Rupiah (SRBI) Rp 2,16 triliun.

Baca Juga  Cara pendidikan unggul di Bandar Lampung bikin penasaran

Sementara di Asia sendiri, perlambatan ekonomi Tiongkok juga memberikan tekanan pada pendapatan Garuda.

Sebagai negara tujuan ekspor utama Indonesia dan negara dengan perekonomian terbesar di Asia, perekonomian Tiongkok hingga triwulan II tahun 2023 dilaporkan masih mampu tumbuh dengan baik, namun berada di bawah ekspektasi pasar.

Kedepannya, negeri tirai bambu akan mendapat tekanan yang sangat besar sehingga mengakibatkan kelemahan yang sangat besar. Hingga akhir tahun, beberapa ekonom memperkirakan perekonomian Tiongkok akan tumbuh sebesar 4%.

“Perlambatan perekonomian Tiongkok disebabkan oleh melambatnya perekonomian dalam negeri akibat kepercayaan konsumen terhadap utang rumah tangga dan permasalahan pada sektor barang selama menurunnya operasi luar negeri mereka pada masa resesi global,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis. (21/9/2023).

Faktanya, perkiraan Business Economics terhadap pertumbuhan tahunan Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok diperkirakan hanya sebesar 4,6% untuk kuartal III tahun 2024 yang akan dirilis pada 18 Oktober 2023.

RISET CNBC INDONESIA

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Berikutnya

Breaking News: Rupiah Terdepresiasi dan Capai Rp. Tingkat 15.000/USD

(putaran)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *